Search This Blog

Saturday 30 September 2017

KAI, Selalu di Hati, Selalu Dinanti


            Bicara tentang kereta api, tentu sangat menarik. Ini tidak terlepas dari saya pribadi yang sangat menyukai kereta api. Selain waktu tempuh yang cepat dan tepat, biaya yang dibutuhkan juga tidaklah besar.
            Dewasa ini, Kereta Api Indonesia telah mentransformasikan dirinya ke arah yang lebih baik. Tidak dapat dimungkiri Ignasius Jonan, Dirut KAI pada saat itu, berhasil mengubah dunia perkeretaapian Indonesia yang dahulu dirasa sangat tidak mungkin kini menjadi sesuatu yang sungguh jauh di luar ekspektasi.
            Jika kita menilik kembali pada zaman perkeretaapian kala itu, pastinya hanya keadaan kelam kereta api yang mampir dalam ingatan. Mulai dari bau toilet yang menyengat, pengamen yang bebas wara-wiri di dalam gerbong, lantai yang kotor, pun riuh ramai pedagang asongan mewarnai “indahnya” transportasi bernama kereta api itu. Suatu keadaan yang sangat layak disebut “neraka” dalam dunia transportasi di Indonesia kala itu. Siapa sangka beberapa tahun kemudian, Kereta Api Indonesia mampu mengubah wajahnya dengan riasan nan elok segar dipandang mata. Tak lagi ditemui pedagang asongan di sana-sini, pengamen yang datang silih berganti, bahkan kios-kios yang menjadi pemandangan “khas” ala stasiun berhasil diluluh lantak oleh Dirut KAI saat itu. Sempat terjadi beberapa drama dalam penggusuran kios-kios tersebut, tapi hasilnya kini bisa kita rasakan bersama-sama. Betapa nyaman keadaan stasiun saat ini sungguh berbanding lurus dengan keadaan pada saat itu. Demi membuat sebuah perubahan memang dibutuhkan hal-hal rumit dan penuh tantangan. Kita, bangsa Indonesia, perlahan mampu menjawab segala tantangan itu. Kini, jelas dapat kita rasakan fasilitas yang cukup baik, pelayanan yang prima dari sumber daya manusianya, serta sistem pembayaran ataupun informasi yang terus diperbaharui. Kehadiran KAI pun memberikan warna tersendiri dalam moda transportasi pilihan masyarakat kaum urban, pulau Jawa utamanya.
            Dengan melihat perubahan kereta api yang sangat signifikan dalam dunia transportasi di Indonesia dari sebelumnya yang begitu carut-marut hingga menjadi tempat yang kini begitu nyaman, tentu pengguna kereta api memiliki harapan-harapan selanjutnya pada masa depan kereta api Indonesia. Sebab, ke depannya, bukan tidak mungkin pasar transportasi berkembang lebih pesat lagi. Dari segi fasilitas, kita tentu sangat mengharapkan beberapa perubahan juga, seperti pada dokter jaga kereta, harga tiket yang tersubsidi, serta waktu tempuh yg relatif lebih singkat.
            Sebagai BUMN yang kuat, saya berharap PT KAI dapat memeperluas jarak tempuh, tidak hanya Jawa dan Sumatra, tetapi juga merambah ke Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Sebab, rasanya daerah tersebut sudah sangat layak mendapat sentuhan transportasi ini. Selain menunjang perekonomian, sektor pariwisata juga mendapatkan kebermanfaatan dari adanya kereta api ini. 
            Harapan-harapan tersebut tentunya untuk kemajuan masyarakat Indonesia. Tujuan lainnya yang juga sangat penting adalah menekan kemacetan yang teramat parah karena dipenuhi oleh sebagian besar warga yang mengunakan kendaraan pribadinya. Kereta sungguh sangat menjadi solusi terbaik dalam perkara kemacetan ini.



Wednesday 20 September 2017

Chapter 7: Masih tentang Flores dengan Segala Keindahan dan Keramahannya

Jeng jeng.... yuk kita masuk chapter 7
Di kelimutu itu impian gue juga yang akhirnya kesampaian, pengen banget lihat danaunya, dan setelah lihat, gue banyak merenung, Indonesia tuh nggak kurang apa-apa. Manusianya aja yang rakus, jadi, ayolah guys jadi pribadi menjaga keseluruhan Indonesia lo.
Puas jeprat-jepret dengan kondisi alam kelimutu, jam 11-an gue udah bersiap balik ke kota ende. Kali kedua lewat jalan yg sama, satu-satunya jalan provinsi dari ende ke Maumere, ya lewat sini. Gue lebih pelan, lebih menikmati perjalanan singkat ini. Tetiba cuaca berubah jadi ujan yg lumayan, tapi gue milih hujan-hujanan, kapan lagi mandi hujan di sini haha..
Banyak yg jadi perhatian gue, mereka rerata bikin rumah ibadah berdekatan, ya walau banyakan gereja, tapi lo ga susah kok buat cari masjid. Jarak per kampung lumayan jauh, bisa 30 menit baru bisa menemukan rumah lagi, jalanannya juga lebih bagus di sana ketimbang Bekasi atau Cileungsi haha..
Dan, nggak berasa udah sampe kota ende lagi, minggir ke kota campur daerah pesisir, langsung berubah jadi panas terik matahari. Solat dzuhur bentar di masjid yang lumayan gede. Setelah itu, gue langsung eksplor kota kecil bersejarah ini. Kota kecil yang welcome banget sama suku Jawa, bukan rasis yaa. Tapi, menurut mba Iin, karena mereka merasa berterima kasih pernah kedatangan presiden pertama yang akhirnya bisa memerdekakan negara ini. Kurang lebih gitu deh..
Terus apa aja nih yg menarik dari kota seluas km2? 3 hari jalan kaki juga udah bisa jelajahin semua di sini, tapi berhubung cuma punya waktu setengah hari, gue nggak mau rugi hehe..
Lalu, gue keinget Mas Ryan temen di kapal, dia mau nemenin gue, dan langsung aja gue kontak, sekalian nanya rumahnya hehe..
Ga butuh waktu lama, ketemu lagi dengan Mas Ryan, doi lagi masak ikan. Kelar jadi chef, gue culik bentar hehe. Destinasi pertama adalah rumah pengasingan bung karno, pasti kudu. Gue memang bukan anak sejarah, niatnya mau tanya banyak sama guide, tapi ternyata ga ada di sini. Mereka ngebuka rumah ini trus nggak ada yang jaga, free gitu aja. Jadi, kalo mau masuk tinggal masuk, tapi barang di sini dijaga sama mereka. Ga ada yg hilang atau rusak, luar biasa.
Rumahnya lumayan gede, ada 3 kamar kalo ga salah, dapur sama kamar mandinya dibuat bersebelahan di bagian belakang, dekat dengan sumur. Bagian depan kalian pernah liat pasti yaa, ada pohon ketapang yg khas sama plangnya. Abadikan dikit, yuk pindah ke taman perenungannya.
Jaraknya nggak begitu jauh, mungkin 1 km, nggak macet, tapi tertib berlalu lintasnya. Kayak di Jogja deh, sepi aja ga ada yg nerobos haha. 5 menit sampe, parkirannya cuma di ujung pintu masuk, untuk ke dalam jalan kaki karena jarak yang ga jauh gue iseng nanya sama Mas Ryan, bung karno dari rumah ke sini naek onthel apa jalan kaki? Eh beliau ketawa haha *padahalbenerannanya
Posisi patungnya di tengah kolam, duduk gagah banget menghadap laut hindia. Karena, memang lurus di hadapannya dermaga perikanan. Ada terminal di barat laut beliau, kalo samping persis ada lapangan yang jadi lapangan utama penduduk di sini ngadain acara, jadi titik 0 km juga. Lebih lama di sini sampe agak sore sambil minum es cincau, ahh nampak tiada nestapa hidup di kota kecil ini.
Setelahnya, saya mau liat pantai perikanannya, ga bau tapi agak hitam, karang tajam yg menghiasi pantainya. Untuk terminalnya juga kurang terawat, mungkin karena sedikitnya aktivitas di sini.
Next, mungkin jadi spot terakhir tugu pancasila, dekat sama bandara. Lengkap kan? Darat sabi, laut sabi, sampe udara juga sabi, cuma emang semua serba jarang aja waktunya.
Tugunya pas di simpang 5, jadi kalo mau ke arah Maumere pastikan kalian lihat yak.
Udah cukup sore, gue bergegas minta temenin beli tiket travel, untuk besok pagi lanjut ke Bajawa. Harga tiket travel 110 ribu.
Oiya, untuk kendaraan umum di sini hanya berangkat sekali dari Maumere, bukan Larantuka. Sehari angkot hanya jalan satu kali, dari Maumere jam 6 pagi, sampe Ende 10 pagi, sampe Bajawa jam 2 siang, sampe Ruteng jam 6 sore, dan sampe Labuan Bajo 10 malam, ini bukan dipas-pasin 4 jam yaa, tapi emang gitu jarak tempuhnya..
Lepas beli tiket, saya pulang dengan Mas Ryan, bertemu dengan ortunya, yang lagi-lagi sangat welcome, sampai-sampai saya disuruh nginep di rumahnya. Wah, nanti jika saya main ke Ende lagi suatu saat ya mama. Huaaa agak punya soul tambahan di sini, Mas Ryan tahu-tahu bilang, saya senang sekali kenal Mas Yogi, mau mengenal Ende jauh dari Jakarta. Awesome.
Saya balik ke rumah Mba Iin, cuma bisa bawa jajanan sedikit, tapi balasannya makanan berlipat" haha..
Keluarga kecil ini sangat traveller abis, mereka welcome dengan semua backpacker, rumah singgah Ende mungkin hehe. Mas Endut Jawa Blitar seinget saya, wirausaha fotokopi, dan Mba Iin dulunya dosen USU, asli medan dia..
Ah lapangkanlah rezeki orang-orang baik ini semua. Aamiin.
Istirahat sambil packing sambil cerita perjalanan seharian. Temaram bulan mengantarkan saya ke peraduan, selamat malam Ende..

Tuesday 19 September 2017

Chapter 6: Selamat Datang, Ende

Hola hola, niatnya mau menyelesaikan overland flores pas puasa tahun kemarin, sampai setahun malas rasanya untuk mulai.. Tapi, gue coba comeback in real. Masih ada yang nunggu chapter 6? Karena, chapter 6 baru dimulai dr ujung timur sana. 
Kota ende. Yoih, kapal akhirnya sandar di pelabuhan ende pukul 7 malam, pisah dengan teman-teman di kapal dan om serta nenek yg nerus ke kupang, sebelom pisah si nenek kasih gue sepasang anting, katanya buat anak perempuan gue nanti. Huaaa so sweet banget si nenek. Di luar pelabuhan mas gendut (panggilan buat suaminya Mba Iin) sudah melambai dengan motornya. Saling kenalan, ditanya sedikit gimana 4 hari di laut, wah pokoknya ramah banget. Jarak rumah Mba Iin dan Mas Gendut cuma 10 menit, udah sepi ternyata Ende jam segitu..
Ketika sampai dan ngobrol sama Mba Iin yg baru kenal via chat, tapi udah kaya adiknya puluhan tahun, disuruh makan, tapi disuruh nyuci baju dulu, biar nggak numpuk katanya, padahal itu baju udah gue niatin buat dibuang haha.
Makan enak sajian dari tuan rumah, sambil ngobrol buat prepare kelimutu esok pagi. Istirahat cepat, sambil mempelajari kondisi kelimutu via web dan tulisan buku dr rumah Mba Iin, dan saya pun terlelap. Subuh, solat, langsung mandi, merasa kesiangan, ternyata Mas Gendut sudah mencarikan motor sewaan dari tetangganya, ternyata si empunya motor orang Tanjung Priok, elah Jakarta again. Beliau di sini jualan nasi uduk dengan istrinya. Lumayan sekalian bekal buat di kelimutu hehe..
Langsung jalan jam set 6, melewati beberapa kampung dulu, serta hutan berjurang yang kalo warga sekitar bilang, di sini sekali longsor kita nggak bisa pergi ke mana-mana, sebelom petugas dinas dan warga sekitar yg bersihkan, bisa-bisa satu bulan, muke gile. Dan, yg paling gua inget satu tulisan informasi di salah satu tebing kayak gini, ini lokasi tempat longsor!! Lah buset udh tau sering longsor didiemin bae ampun..
Makanya, tahun 2012, mantan presiden kita, SBY, pernah kunjungan ke sini menggunakan mobil, warga asli menawarkan untuk jadi juru kemudi, tapi ditolak karena keamanan presiden oleh paspampres.
Setelahnya, para paspamres yang semobil dengan presiden muntah-muntah karena medan yg berliku haha batu sih.. Pernah 2012 gua terkesima dengan bentang alam dari tumpang ke ranu pane kaki semeru, ini bagus banget, tapi ketika lo beranjak lebih jauh, seketika putus dengan hijaunya flores, bangsat bagusnya..
Pukul 08.30 WITA gue udah sampe pintu masuk kelimutu, dingin juga padahal ga begitu tinggi.. sekitaran dihiasi bunga terompet khas dataran tinggi, cantik kayak kamu, iya kamu *gaya dodit..
Lapor diri, bayar registrasi sekalian beli emblem. Kalau nggak salah masuk itu cuma 10 ribu, emblemnya yang mahal 25 ribu, tapi kalau dihitung-hitung udah sampe sini beli dong..
Oke lanjut, dari pintu pendaftaran ke parkiran kawah itu jauh, sob, masih berkendara 1 jam, jadi kayak lo masuk pintu gunung salak terus mau ke curug-curugnya, kalau jalan kaki pegel yee.
Selama sejam itu kocak, ada yang lagi pacaran pinggir jalan, ada juga monyet turun dari pohon, tapi yang pacaran bukan monyet yak haha..
Sampai di parkiran terakhir, parkiran luas, tapi kosong, mungkin karena hari biasa dan bukan bulan turis, syukurlah nggak banyak orang, jadi bisa puas menikmati perjalanan..
Cuma ada beberapa kios yang jual snack sama minuman, serta satu bangunan untuk tourist information gitu.. Tracking dari sini buat sampai ke tiga danau cukup 25 menit saja dengan perut kurus, kalau sekarang mungkin 35 menit haha
Masih sama, kawanan monyet ekor panjang jadi teman sepanjang jalan, rerata sih minta makanan, lemparin aja sedikit yg kalian punya. Dan akhirnya alhamdulillah, gua sampai di tempat duit 5 rebuan tahun cetak jadul. Danau 3 warna. Goks, cakep banget. Saat gue di sana warnanya hijau tua, hitam sama biru gitu. Katanya, kalau danau dua yang dempet itu airnya jadi satu dan warnanya sama, masyarakat sekitar percaya akan ada hal buruk. Tapi, dari nama-nama danaunya aja udah serem banget haha.. Dan, saat itu udah ada puncaknya dengan tugu, gagah banget. Kalau ada yg tanya, bilang aja mas yogi udah pernah ke sana haha..
Terus, terus apa hayo??? Sabar dulu yaa, masukin chapter 7 aja main di kota ende sama perkenalan dan perpisahan singkat dengan Mba dan Mas Ende..
Pantengin aja blognya, share ya buat yang butuh infonya bisa komen atau kontak gue langsung. Terima kasih, ciao!

Monday 27 June 2016

Chapter #5 kejenuhan di atas perairan Indonesia




Kelanjutan 4 hari dikapal kaya gimana? Makin ekstrem? Atau malah sebaliknya? Sabar, cerita ini bakal nyambung sampe saur kalian ada bahan bacaan selama sebulan. (preview). Hoaaaammm cape juga bikin cerita bersambung, dan kini udah masuk chapter 5 aje. Kayanya sampe lebaran juga masih nerus ini mah haha. 


Sesudah ngabisin waktu yang percuma ke arah kalimantan, kini tiba saatnya berlayar ke arah timur indonesia. Satu-satunya yang masih jadi pikiran gue adalah, kira-kira gerombolan orang rese itu naik lagi apa ngga yak? Dan setelah mulai berlayar lepas dari tanjung perak, gue iseng buat menelusuri kapal juga coba nyari orang-orang tersebut. Beruntung, mereka si rese ga ada lagi tuh dikapal. Kalo kata mba iin ende, mereka cuma berani sama warga yang “kalem”. Kaya orang-orang jawa yang pulang dan berangkat kerja ke kalimantan. Entahh.


Yang menarik disini, selama 4 hari ke depan gue bakalan punya temen sebaya asal sumba barat dan ende. Wew akhirnya bisa ngobrol nyambung juga gue. Mereka bertiga, kuliah di malang. Katanya malang itu tempat para mahasiswa timur yang mau melanjutkan pendidikan tapi ga ada sarana dan prasarananya disana. Makanya malang jadi kota pelajarnya timur juga. Contoh terkenalnya mungkin abdur suci ye. Mereka bertiga, ada mas ryan, ka A dan ka B. Duh maaf gue lupa banget, namanya lucu padahal, manis juga pula orangnya eh haha. Dan disamping mereka ada orang jawa juga yang nikah dengan orang kelimutu, jadi kepala sekolah, dapet banyak infolah pokonya dari mereka.


Sehari perjalanan ke bali, biasa aja ga ada yang spesial, pagi laut sore laut malem avenue loh ngga-ngga. Dan pas tiba dibali, menurut gue pelabuhan tj benoa itu paling rapih dan tertata dibanding pelabuhan yang lainnya (setelah gue tau). Penumpang boleh turun sebentar buat jajan-jajan atau beli oleh-oleh karena disini sekitar 2 jam. Dan kebetulan ada titipan kain bali, jadi gue turun, lumayan, jadi turis bali 1-2 jam haha. Terus lanjut masuk kapal, dan langsung bergegas ke arah sumbawa bima.


Oiya dibali naik mama dan nenek yang mau ke kupang, mereka dari bali abis menghadiri nikahan cucunya si nenek. Kenapa gue tau? Mereka kasih unjuk foto-foto pas nikahannya haha. Seru banget itu cerita si nenek kayanya, cuma berhubung suaranya pelan dan bahasa timur yang cepet gue cuma ngerti dikit. Maaf ya nenek hihi :D. Boleh percaya boleh ngga, mereka welcome banget sama gue. Nanya apapun selama mereka tau, penjelasannya oke. Malah yang lagi booming di ntt pun mereka kasih tau haha.


Ke bima pun sama ngabisin waktu sehari, dari perairan sumbawa, kalo kata kenalan orang timur di deket perairan yang dilewatin km.awu itu, gunung tambora, ah manis banget keliatannya, ijooo semua men. Sore hari sampe di pelabuhan, sunset manja tersaji, rame nya ga begitu, suasananya ngangenin pokonya. Sekedar buat info, kalo bisa ga usah jajan pas ada pedagang yang naik ke kapal. Belajar dari pengalaman mereka yang ngasih tau, orang bima agak bandel. Fanta itu dari sepuhan, nasi dicampur pasir biar berat, sate ayam padahal sate kuda, ngeri pisan euy.


Mulai malem lagi, kapal bergerak ke sumba besar. Dari bima ke sumba, setengah hari aja brookk. Lebih singkat karena emang rute kapalnya tinggal menurun gitu kalo di peta. Dan bagi yang menyadarinya, selat yang dilalui itu adalah perairan komodo. Cuma ya berhubung dari malem ke pagi buta, alhasil ga keliatan apa-apa. Cuma ditemani temaram bulan serta riuhan gelombang. Seakan berpaduan bak orkestra alam tsaahhh. Tidur pujangga, kau terlalu lelah.


Subuh menyapa, solat dulu di dek 5, oiya kapal ini ada 6 dek, jadi ya lumayan tinggi juga. Di dek 6 itu cuma ada kantinyang adem kalo malem panas kalo siang, nyaris kebuka lah pokonya. Terus dibalik si kantin ada bioskop kecil-kecilan dari pelninya. Kirain filmnya uptodate gitu, eh ternyata mah 2-4tahunan dari sekarang. Tapi konyolnya tiap film mau dimulai, ada yang ngomong gitu ceritain dikit tentang jalannya film sama siapa aja aktor aktrisnya. Endddddd, satu kalimat yang selalu disebut sama si bapaknya tuh gini
Film yang aktornya tak asing lagi dengan adengan heboh, seru, mencengangkan. Apaan sik pak, tiap film dari genre yang beda pun gitu. Masa romance menegangkan ckck.


Lanjut, setelah solat, duduk dibelakang dengan pemandangan buihan air knalpot kapal ditemani si cool, santai pagi lah men. Ga lama taunya jam 6an udah sampe tuh di pelabuhan sumba. Kita boleh turun lagi kaya di bali. Jajan gorengan dingin nan keras, tapi lumayan enak (karena efek laper) sambil nemenin mbak yang satu kenalan ituloh. Ga lama om nya menjemput deh, dadah mba manis, nanti saya main yaa ke rumah ahaha. 


Kapal masih belom jalan, masih belom waktunya. Terus liat pinggiran airnya gitu. Eh ladalah beningnya kok kebangetan. visibility kebawahnya aduh ajib banget. Padahal, untuk bisa jadi dermaga kapal besar, kedalaman air lautnya sekitar 10meteran. Yang artinya, ini jernih banget. Ikan layang-layang sih yang dominan, yang berwarna-warni juga lumayan. 


Dan yang gokilnya lagi, ada nelayan kapal kecil dengan jaring yang ga begitu gede juga, tapi sekali ngejala sekitar 10-20 ekor keangkat. Padahal mah kaya di muara angke yang pinggirannya banget. Anugrah bener emang timur, masih asri. Ga perlu mereka sampe ketengah buat nyari ikan, pinggiran pun sebangsa ikan kue juga bisa mereka temuin. Dari om frans, kenalan di ntt, ikan yang kaya gitu 5rebu perak dapet 3 ekor, jakarta? 40-70rb juga belom tentu seger haha.

Puas deh liat dermaga di sumba walau sebentar, terus kapal lanjut jalan, yapppp pelabuhan selanjutnya ende taraaaatt. Akhirnya setelah digoyang sama pak kapten kapal 4 hari. Sampe juga ditujuan. Biar ga lupa, gopor yang gue titipin di keamanan kapal, gue ambil dulu. Sama halnya kaya jarak antar yang terakhir tadi, 12 jam kurang lebih sampe. Udah berkabar aja terus sama mbak iin, padahal mah masih lama haha. Eh giliran tinggal 1-2 jam lagi mau sampe, justru kapal makin dibuat ga karuan kena badai. Ngaretnya sampe 4 jam huaaa. Kapal ya cuma bisa ikutin arah gelombang aja, ga bisa ngelawan. Nah giliran beneran deket, mba iin justru yang heboh nanyain saya. Hhehe jadi enak amat. 


Tiba saatnyaaaa.....
To be continue yeay, mas yogi mau siapin air es dulu buat berbuka. Nanti disambung di chapter 6. Bye bye :))



Tuesday 21 June 2016

Chapter #4 numpang nyasar ke kalimantan



Well, bagi kalian yang udah ikutin blog ini. Kita masuk ke chapter 4 perjalanan solo ke ntt. Terakhir gue bilang ada hal gila selama perjalanan gue di kapal. Kenapa? Ya terusin aja bacanya sampe selesai :))


Nunggu kapal di pelabuhan yang cukup sibuk itu menurut gue kurang enak. Selain panas khas pinggir daratan, dan juga gue ga suka aja keramaian yang agak kebangetan. Jadi mau gamau ya dijalanin aja, kaya sebuah hubungan tsaik.


Kapal sedikit ngaret dari waktu yang ada ditiket. Entah kenapa, karena untuk kapal penumpang berukuran besar kaya gini, gue baru pertama kalinya. Tanjung perak kini punya dua bagian, yang lama dan yang baru. Mungkin karena jumlah lalu lintas kapal yang begitu padat, makanya butuh tempat yang lebih panjang lagi buat kapal bersandar.


Buat pelabuhan yang lama, gue gatau namanya, karena ga ada papan atau hal tertulis lainnya sekitar pelabuhan yang lama. Kumuh, bau, kurang terawat, pedagang asongan yang berjubel, disitulah yang bakal kalian temuin di pelabuhan lama. Berbanding terbalik dengan pelabuhan baru. Wii, kalo pelabuhan ini sih keren. Bangunan yang baru selesai kurang lebih setahun yang lalu dengan arsitekturnya kaya stadion elite. Fasilitas didalamnya juga keren, ac, eskalator, ruang tunggu, wifi hotspot, kantin, dll yang tergolong mewah, ya standar bandaralah bisa dibilang. 


Kedua pelabuhan ini bersebelahan kok, gunanya ya membagi jalur kapal penumpang tadi, sehingga waktu loading ga begitu lama. Karena untuk sekali masuk kapal di pelabuhan besar gitu bisa memakan waktu sekitar 2-3 jam. Beda sama pelabuhan kecil-kecil yang nanti mungkin akan gue ceritain. Tapi menurut sumber pada saat gue disana, setelah pelabuhan baru ini bener-bener 100% bisa digunakan, pelabuhan yang lama akan langsung dipugar. Jadi nantinya pelabuhan disurabaya akan menyatu dan keren.


Singkatnya gue masuk kapal jam 4 sore setelah melalui proses yang cukup ketat. Disini ga ada nomor kursi yang bisa kalian tempatin. Sistemnya patpatgulipat gitu deh. Siapa yang msuk duluan, bisa cari spot yang enak, yang lama ya ampasnya aja, malah kalo ga dapet nempatin diri di bagian luar dek kapal. Dan gue dapet tempat di dek 2, alias bawah.


Awalnya mungkin gue seneng karena bisa dapet tempat tidur dan teman perjalanan yang asik. Oiya kalo lo naik kapal penumpang yang gede gitu, bukan kursi yes, tapi tempat tidur, ga kebayang lah kalo seminggu cuma kursi, bisa tepos itu pantat. Yang masih buruknya, kalian nanti akan dibantu pegawai lepas kapal yang agak songong. Mereka akan memaksa minta uang karena merasa telah membantu mendapatkan tempat untuk kalian.


Lanjut, karena masih nunggu loading, mulai berasa deh tuh yang ga enak-enaknya. Pertama, sirkulasi angin ga ada karena posisi dek 2 berada di bawah laut. Yang kedua, kalo kapal ini tenggelam (amit-amit) lo langsung berada dipaling bawah setelah mesin. Ketiga, tetangga depan gue yang terlihat songong dan membahayakan.


Akhirnya pas kapal ini baru jalan selepas adzan maghrib, gue dan temen kenalan 2 orang memutuskan untuk pindah tempat karena alasan-alasan yang tadi gue sebutin. Gue minta pindah sama petugas kapal yang tugas pada jam itu, alesan nya punya asma dan harus dapet udara yang cukup bahaha. Ide itu keluar aja dengan sendirinya. Daripada ga nyaman, alesan dikit gapapa lah. Terus langsung pindah ke bagian belakang luar dek 4. Spotnya asik, lega, ga pengep, deket sama mushala dan kantin. Makanya gue bertiga pilih disitu.


Oiya, kapal ini bergerak menuju kalimantan dulu, karena ujung destinasi kapal ini ya kalimantan. Baru kalo udah abis dari kalimantan, gerak balik arah ke timur indonesia. Mba iin kenalan di ende udah bilang, seharusnya kamu naik 2 hari lagi, pas kapal dari surabaya ke arah timur. Tapi apa mau dikata, orang ga ada prepare buat nginep di surabaya, daripada ngabisin duit, mending ya ikut aja naik ke kalimantan.


Nah sial yang pertama gue dimulai, begitu jam 7 malem, para penumpang langsung dapet makan malem deh tuh. Lo bisa ambil jatah makan dibagian pantry kapal, ada di dek 4 juga bagian depan. Pas udah ngantri lama-lama, giliran gue tiba. Gue unjukin deh tiket surabaya-ende tgl 26-3 desember sebagai syarat buat ambil makan. Eh gue malah diomelin. Kurang lebih adu bacot gue sama petugas pantry kaya gini :
PP :ngapain kamu ikut naik ke kalimantan?
GUE :”lah kan di tiket tertera tanggal segitu pak”
PP :”tapi ini jurusan ke kalimantan, kamu seharusnya ga naik dulu”
GUE :”dimana-mana yang tertera di tiket itu yang bener pak”
PP :”kamu kok ngeyel, saya kan petugas, jadi saya yang lebih tau kondisinya.”
GUE :”ya masa saya harus balik, saya jauh dari jakarta, ga ada sodara di sby”
PP :”hadeh, yaudahlah ga masalah, tapi kamu ga dapet makan, sampe sby lg”
GUE :”hmm agak ribet juga ya, padahal ditiket saya ga salah”


Terus gue langsung balik aja kan ke dek belakang. Nah temen yang sebelah, nawarin makanannya buat sharing. Awalnya nolak, ga enak juga, belom apa-apa udah ngerepotin. Tapi karena laper yang lumayan parah, ya gue ambil sedikit, gantinya gue sharing kentang super dari pacar bahaha.


Sebentar ngobrol tentang tujuan, nama, dan kisah hidup dikit. Ga lama, malem panjang berakhir dengan mimpi yang terbawa angin sepoi-sepoi. Tidur nyenyak beralaskan sleeping bag tercinta. Nyenyak!


Paginya, banyak berita kehilangan deh diantara para penumpang. Tapi paling santer itu, ibu-ibu yang bawa perhiasaan senilai 10jt. Gokil, masih ada aja hal iseng, padahal ditengah laut loh, ga takut diazab apa(sok alim) hehe. Bukannya apa-apa nih, baru hari pertama aja sarapan gue kabar begini, nah apa kabarnya gue yang masih akan 5 hari kedepan. Mulai deh kalut pikiran. 


Inget tetangga depan dek 2 tadi? Kesan pertama aja udah ga enak. Terus doi ternyata dikapal ini ga sendiri gitu rupanya. Bareng sama teman-temannya yang badannya gede-gede semua kek kang pukul. Awalnya gue liat, mereka semua perantau yang emang ngadu nasib di jawa atau kalimantan lah. Sampe gue ngedenger kalimat, sabarlah dulu, begitu turun balik hasil berapa bagi rata. WWEEEEWWW EMEJINGGGG!!


Ga banyak lagi kejadian kapal selama pagi sampe sore menjelang kapal masuk pelabuhan batulicin. Semua penumpang turun, kecuali gue, yap kecuali gue, satu-satunya orang yang salah jurusan sampe kedampar di kalimantan. Bodo ah, daripada keluar duit bakal homestay surabaya. Paling ngga gue udah pernah “ke kalimantan” walau cuma gitu doang ahaha. Turun dan naik penumpang di pelabuhan ini lumayan lama, karena jadi ujung dari tujuan kapal ini sebelom balik lagi ke arah timur. Kurang lebih memakan waktu 3 jam, lalu kapal gerak lagi ke arah surabaya.


Setelah cari tempat untuk dapetin tempat tidur di dek 4 juga, ga lama suasana udah penuh sama penumpang lagi. Yang ga abis pikir, sekelompok orang yang “ganggu” itu ada lagi menuju surabaya. Aneh. Dan gue ga dapet temen asik, cuma beberapa bapak-bapak jawa yang baik tapinya. Dan ngobrol-ngrobrol pun terbilang singkat karena waktu udah cukup malem, TIDUR LAGI.


Paginya, gue bangun solat subuh belom ada rame-rame, ngobrol cuma ga heboh, gue tidur lagi. Tapi ga lama jam set 7an sekitaran bangsal tidur gue rame dan bising. Lagi dan lagi, perihal masalah kehilangan, cuma yang kali ini agak gokil, 2 orang sebelah kiri dari gue ilang hp blackberry plus uang 1,5juta. Depan gue persis ilang hp asus. Sebrang bangsal kakek-kakek ilang uang tunai 7juta. Samping kiri bangsal ada ilang hp dan uang juga, ini gilaaa.


Awalnya mereka yang kehilangan males buat lapor, karena ga mungkin juga 600an orang diperiksa satu persatu. Tapi seseorang coba bilang, lebih baik coba dulu lapor, mungkin aja bisa dibantu. Akhirnya mereka yang kehilangan kompak lapor. Awalnya petugas bilang akan diusut, tapi ga ada tanda-tandanya, karena sampe surabaya ga ada pemeriksaan sama sekali.


Sampe surabaya itu malem jam 11an, penumpang boleh turun langsung atau bermalam di kapal, karena emang ga ada transportasi keluar pelabuhan jam segitu, apalagi yang berjarak jauh. Sebagian bapak-bapak curiga dengan gerombolan yang gue bilang itu. Makanya banyak yang mau menjebak maling tersebut dengan berpura-pura tidur cepat, gue pun akhirnya mejamin mata, padahal aslinya melek dalam merem. Dan parahnya malem ini tidak ada kejadian apapun sampai subuh menjelang.


Keadaan sibuk pas subuh, aktifitas yang turun dan laju orang biasa paginya, solat mandi dan ambil sarapan. Gerombolan itu tiba-tiba bikin heboh di dek 4, bicara agak kasar mengenai pembagian hasil lagi dan mengunci pintu kamar mandi. Dan setelah keluar, satu bungkusan cukup gede dikeluarkan, padahal pas masuk mereka ga bawa apa-apa. Tapi anehnya bapak-bapak sekitaran cuma diem aja ngeliat itu semua, dan cuma bacot, itu mungkin hasil jarahannya. Satu orang membuka pintu kamar mandi, dan melihat lubang ventilasi angin rusak dijebol, dan berkata, pasti tadi mereka taro disitu.


Makin stres, gue pindah posisi lagi agak ketengah karena tempat tersebut menjadi “sasaran” dari maling nampaknya. Setelah penumpang naik, sebelah gue mahasiswa asal ende dan sumbawa besar yang kuliah di malang. Yap dapet teman sepantaran, mayan bisa nanya-nanya hehe. Tapi karena takut gopro ilang, langsung aja gue taro tempat penitipan barang. Pedih juga kalo mesti ilang, jaga-jaga lah.


Kelanjutan 4 hari dikapal kaya gimana? Makin ekstrem? Atau malah sebaliknya? Sabar, cerita ini bakal nyambung sampe saur kalian ada bahan bacaan selama sebulan. Karena perjalanan ini masih panjang. Dan buat kalian yang mau mengapresiasi bisa like on G+. Facebook, Twitter. Selamat bersantap sahur, arigato gozaimasu.

Friday 17 June 2016

Chapter #3 ~ sikat surabaya!!




Hellow guys, masih stay di blog gue? Gue harap pembaca-pembaca setia gue tetep ada yess. Karena kalian gue semangat buat ngetik dan berbagi informasi tentang pengalaman gue. Jadi ayo masuk lebih dalam :)


Yap, kemaren baru sampe gue dianter sampe pelabuhan. Terus gue mau nunggu kapal dari jam 6 pagi sampe sore jam 4 gitu? Syit men, itu tuh wasting time abitch (sori abis). Lalu gue coba ngide, buka peramban, cari destinasi asyik sekitaran pelabuhan, yap dapet. House of Sampoerna.

sisi serong HoS

Buka jam 8 pagi dan tutup jam? Ah gue lupa, kalo kepo bisa search aja sendiri yaa, biar ga manja banget hehe. Biasanya disingkat HoS gitu deh di surabaya, ini tuh tempat ngelinting tembakau yang udah tersohor banget namanya. Disini tergambar semua sejarah panjang perjalanan produsen rokok ini. Dari yang ngurusin orang belanda sampe yang lokal mengelola, rekomend, wajib kesini.


Disini kalian bisa ngeliat proses pengerjaan pembuatan rokok kretek yang kecepatannya luar biasa. Pecahin rekor muri deh kalo ga salah. Bayangin aja, untuk ngelinting satu batang rokok, satu ibu disana cuma butuh sekitar 6-8 detik aja. Dan disana ada sekitar 200 orangan men. Kalo mau dikali, dalam sehari, satu orang karyawan bisa buat kurang lebih 3600 batang sehari, kalo 200 orang, nah banyak kan.

KARON OUTDOOR EVERYWHERE

Oiya untuk masuk ga ada pengenaan biaya apapun loh, gretongan aja gitu masuknya. Terus makin kerennya, mereka nyediain city tour bus yang beroperasi 2x dalam sehari. Ada di jam 10 pagi dan 1 siang. Oiya, ga semua bagian dari HoS ini boleh kalian foto yak, jadi ada rambu-rambu berkunjung yang tetep harus kalian perhatiin.

  

dulunya gini warung


 

warung yang kini


produksi khusus untuk istana

Gue pas kesini ditemenin sama mba atiqoh, kenalan dari forum BPI. Mbanya welcome banget buat ngejelasin hal-hal tentang surabaya haha. Di bagian belakang, kebetulan ada tempat kecil buat aktifitas pendukung. Saat gue kesana sih ada pameran lukisan gitu deh, kece!


Semua itu bener-bener gratis lah, iya gratis. Gue cuma keluar duit buat beli es teh sisri gula batu, serebu perak haha. Sebentar ngobrol sama bapak tuanya yang jualan di depan HoS. Doi dari kalimantan, dulunya pekerja angkut barang di pelabuhan. Pengalamannya banyak banget, kuat juga pastinya, sekali angkat barang bisa 100kg. Sayangnya, ada kecelakaan gitu pas masih kerja, dan karena kerja dekat sama mesin kapal, makin lama pendengarannya berkurang. Terus dipecat gitu aja. Tegar, ga gampang putus asa, makasih pak buat pelajaran berharganya. *notes buat pemerintah : tolong lebih diperhatikan kaum buruh di Indonesia. Jangan hanya dimanfaatkan awalnya saja, sejahterakan mereka juga.


Setelah puas ngabisin waktu di HoS, gue diajak mba atiqoh nyari makanan khas surabaya. Dan pilihannya jatuh pada rawon setan, taraaaattt. Rawon ini adalah sumber dari segala rawon setan yang beredar di belahan indonesia manapun. Terkenal lah pokonya. Sebagai bukti, di tembok-tembok terbingkai rapi foto-foto dari presiden, artis, negarawan, seniman, purnawirawan, bahaha ngga segitunya sik. Pokonya membuktikan kualitasnya emang udah ada.
Masalah harga, 2 porsi rawon dengan nasi, di temani 2 bungkus kerupuk, dan dilawan dengan es jeruk plus es teh manis cuma 72ribu. Sebanding banget sama empuknya si daging, alusss. Kenyang pastinya, setelah selesai gue dianter balik ke pelabuhan, lewatin hotel bersejarah, tempat perobekan bendera belanda, jadi sisa merah putihnya aja. Masih inget sejarah kan? Hehe. Sekarang udah keren banget, meski banyak bagian yang dipugar, bentuk hotelnya tetap dipertahankan. Tau banyak kan gue, iyalah orang dikasih tau :P

Singkatnya, sampelah di pelabuhan jam 2. Mba atiqoh harus balik karena ada kerjaan. Makasih ya mba atiqoh udah ditemenin guiding hehe. Dan gue harus membakar kulit di pelabuhan karena kapal belom bisa bersandar. Leyeh-leyeh, lagi nyantai sambil dengerin musik dari hp, terus kenalan gitu sama mas dari nganjuk. Daaaannnn..... 
Sabar, ini bakal masuk session 4. Banyak kejadian gila selama dikapal. Don go eniwer, stey cun on blog tamagustaman. Al bi rek bek. Ciao :))

Y X G = KUY! :))